admin 2025-06-03 0
Kapten Inter Milan, Lautaro Martinez, tertunduk lesu usai laga final Liga Champions 2024-2025 antara PSG vs Inter Milan di Stadion Allianz Arena, Muenchen, 31 Mei 2025. (Photo by Marco BERTORELLO / AFP)

Lihat Foto

PSG menjuarai Liga Champions 2024-2025 disebut Arrigo Sacchi sebagai kemenangan sepak bola. Inter dinilainya takut dan tak tahu harus berbuat apa.

Skor mencolok 5-0 menjadi hasil akhir final Liga Champions 2024-2025 antara PSG vs Inter Milan di Allianz Arena, Muenchen, Sabtu (31/5/2025) atau Minggu dini hari WIB.

PSG meraih gelar Liga Champions pertama mereka berkat gol-gol Achraf Hakimi (12′), Desire Doue (20′, 63′), Khvicha Kvaratskhelia (73′), dan Senny Mayulu (86′) yang bersarang ke gawang Inter Milan.

Sebelumnya, tak pernah terjadi dalam sejarah Liga Champions sebuah tim mampu meraih kemenangan bermargin lima gol pada partai final.

Salah satu rekor yang dilewati PSG adalah kemenangan 4-0 milik AC Milan asuhan Arrigo Sacchi ketika melawan Steaua Bucharest di final Piala Champions 1989.

“Ini adalah kemenangan untuk sepak bola itu sendiri,” ucap Arrigo Sacchi dalam kolom terbarunya di La Gazzetta dello Sport, menilai kemenangan telak PSG atas Inter Milan.

“Bukan untuk satu pemain saja, melainkan untuk permainan yang diinterpretasikan sebagai organisasi, sebagai manuver harmonis, sebagai pencarian keindahan melalui kecepatan, dribel, operan, dan kombinasi satu-dua.”

“PSG mendominasi di segala lini, dan Inter tak bisa berbuat apa-apa selain memberikan tepuk tangan dan tunduk kepada skill lawan,” tulis Sacchi yang pernah membawa AC Milan juara Piala Champions 1989 dan 1990.

Sacchi kemudian memberikan kritik untuk performa Inter Milan yang memainkan final ketujuh mereka di pentas Liga Champions.

Inter Milan asuhan Simone Inzaghi disebut Sacchi seperti hilang arah ketika mendapatkan tekanan konstan dari PSG besutan Luis Enrique.

“Hasilnya memang mencolok, karena belum pernah ada final Liga Champions yang berakhir dengan selisih lima gol.”

“Tapi ini bisa terjadi ketika satu tim (PSG) tahu persis apa yang harus dilakukan, sementara tim lainnya (Inter) terlihat takut dan sama sekali tidak tahu bagaimana harus bersikap,” tutur pelatih legendaris Italia tersebut.

Kemenangan telak PSG atas Inter disebut Sacchi menjadi contoh terbaik bahwa sepak bola merupakan permainan kolektif.

Pressing terstruktur PSG memang menyulitkan Inter Milan untuk mengonstruksi serangan dari belakang.

“Terlalu banyak kelengahan untuk sebuah tim yang bermain di final Liga Champions. Saya harus jujur, dengan karakter seperti ini, PSG asuhan Luis Enrique menunjukkan bahwa kolektivitas lebih penting daripada individu,” kata Arrigo Sacchi dilansir Tuttomercatoweb dari La Gazzetta dello Sport.

Category: Uncategorized

Leave a Comment