
Inter Milan, Beppe Marotta, menyampaikan pernyataan menenangkan sekaligus reflektif setelah timnya mengalami kekalahan telak 0-5 dari Paris Saint-Germain (PSG) di final Liga Champions 2025, Sabtu (31/5/2025) malam waktu setempat atau Minggu (1/6/2025) dini hari WIB.
Laga PSG vs Inter Milan berlangsung di Allianz Arena, Munich, ini menjadi final paling timpang dalam sejarah kompetisi antarklub Eropa, baik di era Liga Champions maupun Piala Champions.
Kekalahan ini juga menjadikan Inter Milan sebagai tim pertama dalam sejarah yang kebobolan lima gol di final era Liga Champions.
Terakhir kali final dengan skor setinggi ini terjadi saat Benfica menang 5-3 atas Real Madrid di final Piala Champions 1962.
Beppe Marotta, berbicara kepada Sky Sport Italia seusai pertandingan, mengakui keunggulan mutlak PSG dan menyebut laga ini sebagai malam negatif bagi La Beneamata.
“Ini malam yang negatif, lawan memang lebih unggul di semua aspek. Kekalahan ini memang layak diterima,” ujar Marotta.
“Namun, kekalahan ini tidak boleh menghapus semua pencapaian positif yang kami raih sepanjang musim ini, termasuk perjalanan luar biasa kami di Liga Champions.”
Inter mencapai partai puncak setelah menyingkirkan tim-tim besar seperti Bayern Muenchen dan Barcelona di fase gugur. Marotta menegaskan bahwa pencapaian itu sudah cukup menunjukkan bahwa Inter pantas berada di panggung tertinggi Eropa.
“Kami memang tumbang dengan cara yang menyakitkan, namun saya tetap berterima kasih kepada para pemain, pelatih, dan terutama suporter yang datang jauh-jauh ke Munich. Mereka layak mendapatkan rasa hormat.”
Masa Depan Simone Inzaghi Aman
Terlepas dari kekalahan besar di final, Marotta menegaskan bahwa tidak ada evaluasi negatif terhadap pelatih Simone Inzaghi, dan masa depannya sebagai pelatih utama Inter tetap aman.
“Tidak akan ada perubahan dalam penilaian kami terhadap Inzaghi. Kami memang sudah menjadwalkan pertemuan setelah final, namun semuanya sudah diputuskan jauh-jauh hari,” ujarnya.
“Selama beberapa tahun terakhir, dia menunjukkan bahwa dia layak memegang posisi ini. Profesionalismenya luar biasa dan kontribusinya besar.”
Serie A Bukan Lagi Surga Sepak Bola
Marotta juga menyentil realitas kompetisi Serie A yang kini semakin sulit bersaing secara finansial dengan liga-liga top lainnya di Eropa.
“Italia bukan lagi surga sepak bola. Liga kami kini menjadi liga transisi. Pemain-pemain terbaik bisa saja hengkang karena kami tak mampu menawarkan gaji tinggi seperti liga lain.”
Meski demikian, ia tetap optimistis bahwa sepak bola Italia bisa bersaing jika dibangun dengan kompetensi dan dukungan penuh terhadap produk dalam negeri.
“Ini bukan alasan, justru sebuah kenyataan. Saya tetap percaya pada talenta lokal, pada pelatih-pelatih asal Italia. Dengan kompetensi tepat, kita bisa kembali ke papan atas.”